Makalah Agama
KATA PENGANTAR
Atas nama Allah Yang Maha Esa, kami bias menyusun makalah BAHASA INDONESIA mengenai agama yang sering menjadi konflik di masyarakat serta menurut undang-undang yang ada di indonesia.
Kemudian agar
yang membaca makalah yang kami buat
secara berkelompok ini mengetahui dan memahami mengenai Agama sesuai dengan
yang kamiketik dalam makalah ini.
Saya memahami
bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kesempurnaan.maka itu saya
meminta kritik dan sarannya agar makalah ini menjadi lebih sempurna separti apa
saya inginkan.
Akhirul
kata,saya ucapkan terimakasih,
Jambi,15 oktober 2012
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
.1
Daftar Isi . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2
Menambah Wawasan tentang
Agama. . . . . 3
A.Pengertian agama
secara umum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
B.Menurut
Undang-Undang di Indonesia tentanga Agama. .. . . . . 4
C.Cara Beragama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
D.Fungsi Agama bagi Kehidupan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . ..6
E.Fungsi Agama Kepada Manusia. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . .. 6
F.Fungsi Sosial Agama. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
G.Fungsi Disintegratif Agama. . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..7
H.Tujuan Agama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..8
I.Difinisi
beberapa agama: . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .10
a.ISLAM.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . .10
b.Kekristenan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
C.Agama Buddha. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .12
D.Agama Hindu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .13
J.Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .15
K.Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
Daftar Pustaka. . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
Menambah Wawasan tentang
Agama
Banyak orang mengatakan bahwa semua agama didunia
sama. Mereka mengatakan agama-agama didunia mengajarkan suatu kebaikan.
Mengajak orang agar tidak melakukan kejahatan. Memang bisa dikatakan semua
agama yang terdapat didunia ini adalah sama. Itu bila anda melihat dari
sampulnya saja. Tetapi bila anda melihat isi dari setiap ajaran yang diberikan
serta hukum-hukum yang diutarakan, maka dapat dikatakan setiap agama yang ada
dalam dunia ini berbeda
A.Pengertian Agama Secara Umum
Merumuskan pengertian agama bukan suatu
perkara mudah, dan ketidak sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena
disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak
dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara
internal muncul pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa
agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu
yang bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan
Yahudi.
Sumber terjadinya agama terdapat dua
katagori, pada umumnya agama Samawi dari langit, agama yang diperoleh melalui
Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen dan Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama
bumi yang juga sering disebut sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan
kekuatan pikiran atau akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao,
Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau kepercayaan.
Dalam prakteknya, sulit memisahkan antara
wahyu Illahi dengan budaya, karena pandangan-pandangan, ajaran-ajaran,
seruan-seruan pemuka agama meskipun diluar Kitab Sucinya, tetapi oleh
pengikut-pengikutnya dianggap sebagai Perintah Illahi, sedangkan pemuka-pemuka
agama itu sendiri merupakan bagian dari budaya dan tidak dapat melepaskan diri
dari budaya dalam masa kehidupannya, manusia selalu dalam jalinan lingkup
budaya karena manusia berpikir dan berperilaku.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan
kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya
keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti
“tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat
menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama: berarti pedoman hidup
yang kekal”
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang
memunculkan dua istilah; AGAMA dan UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA,
huruf A berarti “awang-awang, kosong atau hampa”, GA berarti “genah atau
tempat” dan MA berarti “matahari, terang atau bersinar”, sehingga agama
dimaknai sebagai ajaran untuk menguak rahasia misteri Tuhan, sedangkan istilah
UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti “tirta atau air suci” dan
kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti “angin atau
udara” sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus
dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.
Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa
sansekerta IGAMA yang mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau
tubuh dan MA berarti Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna
memahami tentang hakikat hidup dan keberadaan Tuhan.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
penyebutan nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap
apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan
titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas,
kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada
sesuatu yang luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu
berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada
bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God,
Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari
kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:
·
menerima segala kepastian yang menimpa diri
dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
·
menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll
yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang
jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada
Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan
dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok
pengertian tersebut dapat disebut agama.
B.Menurut
Undang-Undang di Indonesia tentanga Agama
Enam agama besar yang paling banyak dianut di
Indonesia, yaitu:
agama Islam, Kristen (Protestan) dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan
agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden
Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak
penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat
pemerintah. Ada juga penganut agama Yahudi, Saintologi, Raelianisme dan lain-lainnya, meskipun jumlahnya
termasuk sedikit.
Menurut Penetapan Presiden (Penpres)
No.1/PNPS/1965 junto Undang-undang No.5/1969 tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan Penodaan agama dalam penjelasannya pasal demi pasal dijelaskan bahwa
Agama-agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah: Islam,
Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti
agama-agama dan kepercayaan lain tidak boleh tumbuh dan berkembang di
Indonesia. Bahkan pemerintah berkewajiban mendorong dan membantu perkembangan
agama-agama tersebut.
Sebenarnya tidak ada istilah agama yang
diakui dan tidak diakui atau agama resmi dan tidak resmi di Indonesia,
kesalahan persepsi ini terjadi karena adanya SK (Surat Keputusan) Menteri dalam
negeri pada tahun 1974 tentang pengisian kolom agama pada KTP yang hanya
menyatakan kelima agama tersebut. Tetapi SK (Surat Keputusan) tersebut telah
dianulir pada masa Presiden Abdurrahman Wahid karena dianggap bertentangan
dengan Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 tentang Kebebasan beragama dan Hak
Asasi Manusia.
Selain itu, pada masa pemerintahan Orde Baru juga
dikenal Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang
ditujukan kepada sebagian orang yang percaya akan keberadaan Tuhan, tetapi
bukan pemeluk salah satu dari agama mayoritas.
C.Cara Beragama
Berdasarkan cara beragamanya:
1.
Tradisional, yaitu cara beragama
berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur
atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama,
sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar
agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu
amal keagamaanya.
2.
Formal, yaitu cara beragama
berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara
ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau
punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara
beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang
lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan
tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan
masyarakatnya.
3.
Rasional, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha
memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan
pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional
atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.
Metode Pendahulu, yaitu
cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu.
Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan
ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu
kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran
asli yang dibawa oleh utusan dari Sesembahannya semisal Nabi atau Rasul sebelum
mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu
semua.
D.Fungsi Agama bagi Kehidupan
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu
sangat penting dalam kehidupan manusia, antara lain adalah :
·
Karena agama merupakan sumber moral
·
Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
·
Karena agama merupakan sumber informasi
tentang masalah metafisika.
·
Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi
manusia baik di kala suka, maupun di kala duka.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia
senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam,
maupun dari luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi
menjadi dua bagian, yaitu
·
Godaan dan rayuan yang berysaha menarik
manusia ke dalam lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al-Gazali dalam
bukunya ihya ulumuddin disebut dengan malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.
·
Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan
manusia kepada kejahatan,yang menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak
al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan
manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan menghindarkan manusia
dari kejahatan atau kemungkaran.
E.Fungsi
Agama Kepada Manusia
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut
sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama
itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial,
fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:
- Memberi pandangan dunia kepada satu-satu
budaya manusia.
Agama dikatankan memberi pandangan dunia
kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai
satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi
pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit
penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya
bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
-Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu
dijawab oleh manusia.
Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh
manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri.
Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk
menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab
soalan-soalan ini.
- Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu
kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan
kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan
sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai
yang sama.
– Memainkan fungsi kawanan sosial.
Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada
kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika
yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan
fungsi kawanan sosial
F.Fungsi
Sosial Agama
Secara sosiologis, pengaruh agama bisa
dilihat dari dua sisi, yaitu pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang
menyatukan (integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah-belah (desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi
pada dua hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus disintegratif
bagi masyarakat.
Fungsi Integratif Agama
Peranan sosial agama sebagai faktor
integratif bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan
bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam
kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini
dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.
G.Fungsi
Disintegratif Agama.
Meskipun agama memiliki peranan sebagai
kekuatan yang mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu
masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan peranan sebagai
kekuatan yang mencerai-beraikan, memecah-belah bahkan menghancurkan eksistensi
suatu masyarakat. Hal ini merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali mengabaikan bahkan
menyalahkan eksistensi pemeluk agama lain
H.Tujuan
Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa
nya ber-budipekerti dengan adab yang sempurna baik dengan tuhan-nya maupun
lingkungan masyarakat.semua agama sudah sangat sempurna dikarnakan dapat
menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar serta dibenarkan. keburukan
cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama dikarnakan ketidakpahaman
tujuan daripada agama-nya. memburukan serta membandingkan agama satu dengan
yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk agama
Beberapa
tujuan agama yaitu :
·
Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada
Allah,Tuhan Yang Maha Esa (tahuit).
·
Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar
kehidupan teratur dengan baik, sehingga dapat mencapai kesejahterahan
hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.
·
Menjunjung tinggi dan melaksanakan
peribadatan hanya kepada Allah.
·
Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial
seperti Max Weber, Erich Fromm, dan Peter L Berger, agama merupakan aspek yang
sangat penting dalam kehidupan manusia. Bagi umumnya agamawan, agama merupakan
aspek yang paling besar pengaruhnya –bahkan sampai pada aspek yang terdalam
(seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan kemanusiaan.
Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan
ini, mengintai kepentingan para politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan
melihat dengan jeli dan tidak akan menyia-nyiakan sisi potensial dari agama
ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan sebagai komoditas yang sangat
potensial untuk merebut kekuasaan.
Yang lebih sial lagi, di antara elite agama
(terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di antaranya yang
berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca, mengekspansi)
seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama ini pun tentunya
sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara
sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama
menjadi proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para
elite agama yang juga mabuk ekspansi keyakinan.
Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja
sama” ini tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite agama.
Dengan retorikanya yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi elite
yang sangat relijius yang mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui
jalur politik. Padahal sangat jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi
agama.
Di tangan penguasa atau politisi yang
ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar
disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau
bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai
kafir, sesat, dan tuduhan jahat lainnya.
Menurut saya, disfungsi atau penyalahgunaan
fungsi agama inilah yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang
ada di organisasi-organisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan
fungsi agama karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang
melekat dalam hati.
Mengapa kita sering takut kehilangan agama,
karena agama kita miliki, bukan kita internalisasi dalam hati. Agama tidak
berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang hakiki, yakni hati (kalbu).
Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan bahwa segala tingkah
laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak, rusak pula
kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan kata
lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi,
memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Sayangnya, kita lebih suka meletakkan agama
di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di relung hati
Fungsi pertama agama, ialah mendefinisikan
siapakah saya dan siapakah Tuhan, serta bagaimanakah saya berhubung dengan
Tuhan itu. Bagi Muslim, dimensi ini dinamakan sebagai hablun minaLlah dan ia
merupakah skop manusia meneliti dan mengkaji kesahihan kepercayaannya dalam
menghuraikan persoalan diri dan Tuhan yang saya sebutkan tadi. Perbincangan
tentang fungsi pertama ini berkisar tentang Ketuhanan, Kenabian, Kesahihan
Risalah dan sebagainya.
Kategori pertama ini, adalah daerah yang
tidak terlibat di dalam dialog antara agama. Pluralisma agama yang disebut
beberapa kali oleh satu dua penceramah, TIDAK bermaksud menyamaratakan semua
agama dalam konteks ini. Mana mungkin penyama rataan dibuat sedangkan sesiapa
sahaja tahu bahawa asas agama malah sejarahnya begitu berbeza. Tidak mungkin
semua agama itu sama!
Manakala fungsi kedua bagi agama ialah
mendefinisikan siapakah saya dalam konteks interpersonal iaitu bagaimanakah
saya berhubung dengan manusia. Bagi pembaca Muslim, kategori ini saya rujukkan
ia sebagai hablun minannaas.
Ketika Allah SWT menurunkan ayat al-Quran
yang memerintahkan manusia agar saling kenal mengenal (Al-Hujurat 49: 13),
perbezaan yang berlaku di antara manusia bukan sahaja meliputi perbezaan kaum,
malah agama dan kepercayaan. Fenomena berbilang agama adalah seiring dengan
perkembangan manusia yang berbilang bangsa itu semenjak sekian lama.
Maka manusia dituntut agar belajar untuk
menjadikan perbedaan itu sebagai medan kenal mengenal, dan bukannya gelanggang
krisis dan perbalahan.
Untuk seorang manusia berkenalan dan
seterusnya bekerjasama di antara satu sama lain, mereka memerlukan beberapa
perkara yang boleh dikongsi bersama untuk menghasilkan persefahaman. Maka di
sinilah, dialog antara agama (Interfaith Dialogue) mengambil tempat. Dialog
antara agama bertujuan untuk menerokai beberapa persamaan yang ada di antara
agama. Dan persamaan itu banyak ditemui di peringkat etika dan nilai.
I.Difinisi beberapa
agama:
A.ISLAM
Islam (Arab: al-islām, الإسلام
dengarkan (bantuan·info):
"berserah diri kepada Tuhan")
adalah agama yang
mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Dengan
lebih dari satu seperempat miliar orang
pengikut di seluruh dunia,[1][2]
menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua di dunia setelah agama Kristen.[3] Islam
memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (Arab: الله, Allāh).[4] Pengikut
ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang
berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan" atau lebih lengkapnya
adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam mengajarkan
bahwa Allah
menurunkan firman-Nya
kepada manusia melalui para nabi dan rasul
utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah
nabi dan rasul terakhir yang diutus ke dunia oleh Allah.
Ajaran Islam
Hampir semua Muslim tergolong dalam salah
satu dari dua mazhab terbesar, yaitu Sunni (85%) dan
Syiah (15%).
Permasalahan terjadi akibat perbedaan pandangan tentang siapa yang seharusnya
memimpin kaum Muslim sesudah wafatnya Muhammad. Islam adalah agama predominan
sepanjang Timur Tengah, juga di
sebagian besar Afrika Utara dan Asia.
Komunitas besar juga ditemui di Cina, Semenanjung Balkan di Eropa Timur dan Rusia. Terdapat
juga sebagian besar komunitas imigran Muslim di
bagian lain dunia, seperti Eropa Barat. Sekitar
20% Muslim tinggal di negara-negara Arab,[19] 30% di subbenua India dan 15.6% di Indonesia, negara
Muslim terbesar berdasar populasi.[20]
Negara dengan mayoritas pemeluk Islam Sunni
adalah Indonesia, Arab Saudi, dan Pakistan sedangkan
negara dengan mayoritas Islam Syi'ah adalah Iran dan Irak. Doktrin
antara Sunni dan Syi'ah berbeda pada masalah imamah (kepemimpinan) dan
peletakan Ahlul Bait (keluarga
keturunan Muhammad). Namun baik Sunni maupun Syi'ah secara umum berpandangan
sama terhadap rukun Islam dan rukun Iman yang merupakan aspek fundamental
keimanan dalam Islam walaupun dengan terminologi yang berbeda.
Hari Besar dalam islam
·
Idhul Atha
·
Idhul Fitri
·
Hari Jumat
Rumah
ibadat
umat Muslim
disebut masjid atau
mesjid. Ibadah yang biasa dilakukan di Masjid antara lain salat berjama'ah, ceramah agama, perayaan hari besar, diskusi agama, belajar mengaji (membaca Al-Qur'an) dan lain sebagainya.
B.Kekristenan
Agama Kristen adalah sebuah
kepercayaan yang berdasar pada ajaran, hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Agama ini meyakini Yesus Kristus adalah
Tuhan dan Mesias, juru
selamat bagi seluruh umat manusia, yang menebus manusia dari dosa. Mereka
beribadah di gereja dan Kitab Suci mereka
adalah Alkitab.
Murid-murid Yesus Kristus pertama kali dipanggil Kristen di Antiokia (Kisah Para Rasul 11:26).
Gambaran umum agama Kristen
Dasar-dasar Iman
Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus
Kristus sebagai tokoh utama agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang
terletak di Palestina sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus
lahir dari rahim seorang wanita perawan, Maria, yang
dikandung oleh Roh Kudus. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga tahun Yesus
berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama keduabelas rasulnya.
Yesus yang semakin populer dibenci oleh orang-orang Farisi, yang kemudian
berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus wafat di salib pada usia 33 tahun dan
bangkit dari kubur pada hari yang ketiga setelah
kematiannya. Setelah kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat
puluh hari lamanya, sebelum kemudian naik ke surga.
Agama Kristen termasuk banyak tradisi agama
yang bervariasi berdasarkan budaya, dan juga kepercayaan dan aliran yang
jumlahnya ribuan. Selama dua milenium, Kekristenan telah berkembang menjadi
tiga cabang utama:
·
Katolik
(denominasi tunggal Kristen terbesar, termasuk Gereja Katolik ritus Timur,
dengan satu koma dua milyar penganut total, lebih dari setengah dari jumlah
total penganut agama Kristiani)
·
Protestanisme (terdiri
dari berbagai macam denominasi dan pemikir dengan berbagai macam penafsiran
kitab suci, termasuk Lutheranisme, Anglikanisme, Calvinisme, Pentakostalisme, Methodis, Gereja Baptis, Karismatik, Presbyterian, Anabaptis, dsb.)
·
Ortodoks Timur
(denominasi tunggal Kristen terbesar kedua, dan merupakan denominasi Kristen
terbesar di Eropa timur)
Selain itu ada pula berbagai gerakan baru
seperti Bala Keselamatan, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, Mormon, Saksi-Saksi Yehuwa, serta berbagai
aliran yang muncul pada akhir abad ke-19 maupun abad ke-20, dll.
C.Agama Buddha
Agama Buddha adalah sebuah agama
dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi
kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang
dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang
Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang
Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu
antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau dikenal oleh para
umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang
membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri
ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan
penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan
dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai
rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha
Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan
ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang
Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata
tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran
hukum metafisika dan psikologi).
Aliran Buddha
Ada beberapa aliran dalam agama Buddha:
Hari Raya
Terdapat empat hari raya besar dalam Agama
Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya
Trisuci Waisak,
sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional
Indonesia setiap tahunnya.
Penyebaran di Asia dan Indonesia
Agama Buddha mulai berkembang di India, yaitu
tempat dimana Buddha Gautama mengajarkan ajarannya. Setelah wafatnya Buddha
Gautama, ajaran tersebut tidak lenyap begitu saja, melainkan disebarkan oleh
para pemuka agama sehingga bertahan sampai sekarang di berbagai belahan dunia,
khususnya di Asia.
Akhir zaman kerajaan Hindu-Buddha
Pada akhir abad ke-13 seiring
berkembang pesatnya pengaruh Islam dari Timur Tengah,
kerajaan-kerajaan Islam mulai berdiri di Sumatera, dan agama Islam segera
menyebar ke Jawa dan Semenanjung Malaya lewat penaklukan dan penyebaran
sistematis oleh sekelompok ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga.
Akibatnya Buddhisme mengalami penurunan popularitas dan pada akhir abad ke-15 Islam
adalah agama yang dominan di nusantara dan Semenanjung Malaya. Buddhisme
diperkenalkan kembali ke nusantara hanya pada abad ke-19, dengan
kedatangan pedagang dan orang-orang Tiongkok, Srilanka dan imigran Buddhis
lainnya.
D.Agama Hindu
Agama Hindu (Sanskerta: Sanātana Dharma
सनातन धर्म
"Kebenaran Abadi" [1]), dan Vaidika-Dharma
("Pengetahuan Kebenaran") adalah sebuah agama yang
berasal dari anak benua India. Agama
ini merupakan lanjutan dari agama Weda (Brahmanisme) yang
merupakan kepercayaan bangsa Indo-Iran (Arya). Agama
ini diperkirakan muncul antara tahun 3102 SM sampai 1300 SM dan merupakan agama
tertua di dunia yang masih bertahan hingga kini.[2][3] Agama ini
merupakan agama ketiga terbesar di dunia setelah agama Kristen dan Islam dengan
jumlah umat sebanyak hampir 1 miliar jiwa.[4]
Penganut agama Hindu sebagian besar terdapat
di anak benua India. Di sini
terdapat sekitar 90% penganut agama ini. Agama ini pernah tersebar di Asia Tenggara sampai kira-kira abad ke-15, lebih
tepatnya pada masa keruntuhan Majapahit. Mulai
saat itu agama ini digantikan oleh agama Islam dan juga Kristen. Pada masa
sekarang, mayoritas pemeluk agama Hindu di Indonesia adalah masyarakat Bali, selain
itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok,
Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap).
Keyakinan dalam Hindu
Hindu seringkali dianggap sebagai agama yang
beraliran politeisme karena
memuja banyak Dewa, namun
tidaklah sepenuhnya demikian. Dalam agama Hindu, Dewa bukanlah Tuhan tersendiri.
Menurut umat Hindu, Tuhan itu Maha Esa tiada duanya. Dalam salah satu ajaran filsafat Hindu, Adwaita Wedanta
menegaskan bahwa hanya ada satu kekuatan dan menjadi sumber dari segala yang
ada (Brahman), yang
memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam beragam bentuk.
Dalam Agama Hindu ada lima keyakinan dan
kepercayaan yang disebut dengan Pancasradha.
Pancasradha merupakan keyakinan dasar umat Hindu. Kelima keyakinan tersebut,
yakni:
Selain kitab Weda, Bhagawadgita, Upanishad, Purana dan Itihasa, agama
Hindu mengenal berbagai kitab lainnya seperti misalnya: Tantra, Jyotisha, Darsana, Salwasutra, Nitisastra, Kalpa, Chanda, dan
lain-lain. Kebanyakan kitab tersebut tergolong ke dalam kitab Smerti karena
memuat ajaran astronomi, ilmu hukum, ilmu
tata negara, ilmu sosial, ilmu kepemimpinan, ilmu bangunan dan pertukangan, dan
lain-lain.
Konsep Hindu
Hindu memiliki beragam konsep keagamaan yang
diterapkan sehari-hari. Konsep-konsep tersebut meliputi pelaksanaan yajña,
sistem Catur Warna (kasta),
pemujaan terhadap Dewa-Dewi, Trihitakarana, dan
lain-lain.
Sistem Catur Warna (Golongan Masyarakat)
Artikel
utama: Sistem
Golongan Masyarakat dalam Hinduisme
Dalam agama Hindu, dikenal
istilah Catur Warna bukan
sama sekali dan tidak sama dengan kasta. Karena
di dalam ajaran Pustaka Suci Weda, tidak terdapat istilah kasta. yang ada
hanyalah istilah Catur Warna. Dalam ajaran Catur Warna, masyarakat dibagi
menjadi empat golongan, yaitu:
Menurut ajaran catur Warna, status seseorang
didapat sesuai dengan pekerjaannya. Jadi, status seseorang tidak didapat
semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau
ahli dalam suatu bidang tertentu. Catur Warna
menekankan seseorang agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Keempat golongan sangat dianjurkan untuk saling membantu agar mereka dapat
memperoleh hak. Dalam sistem Catur Warna terjadi suatu siklus “memberi dan
diberi” jika keempat golongan saling memenuhi kewajibannya.
J.Kesimpulan
Agama merupakan suatu keyakinan yang ada
di dalam hati sesuai dengan keyakinan masing-masing.setiap agama memiliki cirri
masing-masing yang berbeda-beda.agama pun udah dicatat dalam undang-undang RI
yang ditetapkan,dan kebebasan beragama sesuai dengan
undang-undang mengenai Hak Asasi Manusia.
Agama-agama yang dianut oleh sebagian
besar penduduk Indonesia adalah: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Konghucu. Meskipun demikian bukan berarti agama-agama dan kepercayaan lain
tidak boleh tumbuh dan berkembang di Indonesia.
K.Saran
Walau
pun di Indonesia banyak macam agama setidaknya jangan adanya perpecahan antar
umat beragama.supaya terjadi kerukunan sesame bangsa Indonesia.kita jadikan
perbedaan ini menjadi kekeyaan buat jadi arsip Negara.
Daftar
Pustaka
.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia.
2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Cet.
Pertama Edisi III.
Dan berbagai sumber lainnya.
Comments
Post a Comment