Makalah perkembangan melayu diJambi














MAKALAH


ISLAM DAN PERADABAN MELAYU


(Perkembangan Peradaban Melayu
Jambi)


favicon.png


 


 


 


 


 


 


 


 


Dosen Pengampu :


Della Amrina Yusra, M.Pd


Oleh


Kelompok 6 :


Indah Dwi Lestari


Ismatul Maula


Keke Alnindri Agustina


Kiki Firmansyah


M. Jaka Insan Ilmiah


 


JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


IAIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN


JAMBI


Th. 2016






 


KATA PENGANTAR


Puji syukur 
penulis telah panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sang pencipta alam
semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat
limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga kami dari kelompok
6 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ISLAM DAN PERADABAN MELAYU yang
berjudul “PERKEMBANGAN PERADABAN MELAYU JAMBI”


           
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidaklah lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban dalam penulisan karya ilmiah serta sebagai bahan
pelajaran dan pendidikan.


Demikian pengantar yang
dapat kami sampaikan, dimana kami sadar bahwasannya kami hanyalah seorang
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanya milik Tuhan Azza Wa’jala hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif
akan senantiasa kami nanti dalam upaya evaluasi bersama.


Akhirnya kami hanya
bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan
makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan
hikmah bagi kami sebagai penulis, pembaca, dan bagi seluruh kalangan yang
membutuhkan.


Jambi,
24 September 2016


Penyusun


 


 


Kelompok 6






 


DAFTAR
ISI


KATA
PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . 1


DAFTAR
ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .2


BAB
I PENDAHULUAN


A.   
Latar Belakang . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3


B.     Rumusan
Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . .3


C.    
Tujuan . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3


BAB
II PEMBAHASAN


A.   
Kebudayaan Melayu jambi . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4


B.     Mata
Pencarian Melayu Jambi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . 5


C.     Kerajinan
Masyarakat Melayu Jambi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. 6


D.    Kesenian
Masyarakat Melayu jambi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. .7


E.     Islamisasi
di Jambi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . 13


 


BAB
III PENUTUP


A.   
Kesimpulan . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16


B.    
Saran . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16


DAFTAR
PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . .17






BAB I : PENDAHULUAN


A.   
Latar Belakang


Penduduk di
Provinsi Jambi, Bisa dikatakan hampir 40% penduduk melayu. Penduduk melayu
dijambi tersebar diberbagai kabupaten dan kota.
Suku bangsa ini
di perkirakan berjumlah sekitar 300.000 jiwa.
Kehidupan
etnis ini sekarang masih bisa di lihat daripengelompokan suku atau kalbu, yaitu
pengelompokan sosial yang erat hubungannya dengan KESULTANAN JAMBI dulu.


Dengan
derasnya teknologi dan pemikiran seseorang membuat membuat pudarnya kebudayaan
melayu yang ada di Jambi. Sedikit-demi sedikit kebudayaan ini semakin terkikis
oleh waktu. Mulai dari kebudayaan, mata pencarian, kerajinan serta kesenian
yang ada pada masyarakat melayu.


B.    
Rumusan Masalah


Adapun perumusan yang di bahas dalam  makalah
ini adalah:


-         
Kebudayaan melayu Jambi


-         
Mata pencaharian


-         
Kerajinan


-         
Kesenian


- Islamisasi Jambi


 


C.    
Tujuan Masalah


-         
Mengetahui Kebudayaan Melayu Jambi


-         
Mengetahui Mata Pencarian Melayu
Jambi


-         
Mengetahui Kerajinan Melayu Jambi


-         
Mengetahui Kesenian Melayu Jambi


-         
Mengetahui perkembangan islam di
Jambi






D.   
 


BAB II : PEMBAHASAN


  1. Kebudayaan
    melayu jambi

Jauh
sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan
melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat
pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin.
Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun
10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin
adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu
seperti kebudayaan Neolitikum.


Kehadiran
agama budha sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu
corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak
kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang
masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental
kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan
daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs
candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran
sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang
suatu  corak kebudayaan islam.


Kehadiran
Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam  mulai
menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam
ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam
sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah
agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini
membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi.
Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis
sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.


Kebudayaan
daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat lokal sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan
melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah
etnis melayu Jambi.


B.Mata
pencarian masyarakat melayu jambi


Mata
pencaharian masyarakat Jambi adalah bertani,  berjualan, panen getah dan
melaut Di Jambi sendiri kebanyakan daerahnya adalah berupa hutan. Sehingga mata
pencaharian mereka di dominasi oleh para petani biasanya pula mereka yang
bertani berasal dari pedesaan. Dalam hal bertani, sama seperti kota-kota
lainnya yang terletak di daratan rendah, adalah bertanam padi pada lahan
kosong. Sedangkan dalam hal melaut, mencari ikan di sungai merupakan mata
pencaharian tambahan, begitu juga mencari dalam hal mencari hasil hutan.


 


Usaha-usaha
tambahan ini biasanya dilakukan sambil menunggu panen atau menunggu musim tanam
berikutnya. Karena di Jambi sendiri juga dihuni oleh masyarakat keturunan
TiongHua, maka di zaman sekarang ini banyak pula warga masyarakat kaeturunan
Cina di Jambi yang mencari pendapatan melalui proses berdagang. Ada yang
berdagang mas, berdagang sembako dan adapula yang berdagang bahan-bahan
material.


Orang
jambi tradisional menamai tempat mereka bertani diantaranya adalah:


  1.  Sawah
    terdapat tiga model sawah yaitu:

§  Sawah
payau


Adalah sawah yang
dibuat di atas sebidang tanah yang secara alamiah telah mendapat air dari suatu
sumber air, atau tanahnya sendiri telah mengandung air


§  Sawah
tadah hujan


Adalah sebidang tanah
kering yang diolah dengan mengunakan cangkul atau bajak yang diberi galangan
atau pematang sedangkan pengairannya sangat tergantung pada hujan


§  Sawah
irigasi


Adalah sejenis tanah
yang digarap dengan sistem irigasi, tanah ini diolah dengan cara memakai sumber
air dari mata air atau sungai.


  1.  Ladang ada
    dua macam ladang yaitu:

a.        
Umo
renah


Adalah ladang yang
cukup luas yang terbentang pada sebidang tanah yang subur dan rata. Tanah
tersebut terdapat di pingir-pingir sungai dan dilereng-lereng bukit yang
mendatar, serta ditanami padi, dan di sekitarnya ditanami jagung, sorgum,
ketimun dan lain-lain.


b.       
Umo
talang


Adalah ladang yang
dibuat orang di dalam hutan belukar yang letaknya jauh dari pedesaan, dan
biasanya pada umo talang orang akan membuat pondok yang biasa digunakan untuk
menungu panen tiba. Umu talang ditanami padi dan tanaman sampingan lainnya.


c.       Kabun
mudo


Kebun muo adalah ladang yang
ditanami tanaman muda, seperti pisang, kedelai dan kacang tanah.


d.      Perelak
adalah ladang dekat desa yang ditanami cabe, kacang-kacangan dan sayur-sayuran.


Ternyata
dalam mereka melakukan hal dalam mata pencaharian ada adat istiadat yang
digunakan, contoh dalam anak undang nan dua belas terdapat ayat yang menyatakan
seperti ini, “umo berkandang siang, ternak berkandang malam”. 


Sedangkan
penduduk daerah jambi terutama yang bermukim di sepanjang bantalan sungai
batanghari dan anak sungainya agaknya memahami benar bahwa air itu adalah
sumber kehidupan. Sehinga umumnya penduduk ini bermata pencaharian sebagai
nelayan oleh karena itu dikenal perkampungan nelayan adalah perkampungan yang
berada di pingir pantai dan di pingir sungai batanghari. Oleh karena itu,
hampir setiap rumah penduduk di daerah ini memiliki alat penangkapan ikan
tradisional yang dikenal dengan: tanguk, sauk, jalo, mentaben, guntang,
geruguh, lukah, serkap, jelujur, onak, saruo, tamban, rawai, tiruk, lulung,
pukat hanyut, lenggian, sangkar ikan. Yang pada umumnya di buat sendiri dengan
mengunakan bahan-bahan yang tersedia dengan cara dan bentuk yang tradisional.


Tapi
tidak semua SISTEM MATA pencarian hidup peisan Melayu Jambi yang tinggal di
pinggiran sungai Batanghari, khususnya di Desa Senaning, hanya berpencarian
perikanan, tetapi ada unit usaha lain, seperti pertanian sawah, pertanian
kebun, dan perdagangan serta ekonomi rumah tangga. Masing-masing sistem mata
pencarian hidup ini memiliki mekanisme tersendiri dalam pengelolaannya. Namun,
sebagai peisan yang hidup dalam satu desa, terdapat beberapa kesamaan yang
dimiliki mereka, terutama pada sikap mental, yaitu sikap mental peisan. Sikap
mental ini tidak hanya berorientasi subsistensi dan moral, tetapi mereka juga
melakukan aktivitas perekonomian yang berprespektif untung-rugi atau rasional.


C.                
Kerajinan masyarakat melayu jambi


Provinsi
Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerahnya
adalah:


1.   
  Anyaman


Anyaman
yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun
pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun
nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam, mulai dari bakul,
sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji,
tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo, lukah dan
sebagainya.


 


2.    Tenun dan
batik motif flora


Tenun
dntenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan dan batik motif flora. Batik biasa
kita tau kebanyakan berasal dari pulau Jawa. Namun sesungguhnya seni batik itu
tak hanya berada di pu


lau
Jawa saja, beberapa daerah di Sumatera pun juga memiliki seni batik tersendiri.
Ini terbukti banyaknya hasil batik yang di hasilkan dari Jambi, baik buatan
pabrik maupun produksi rumah tangga. Produk batik dapat berkembang hingga
sampai pada suatu tingkatan yang membanggakan baik desain maupun prosesnya.
Begitu pula dengan batik yang ada tumbuh dan berkembang di daerah Jambi.


3.    Ukir kayu
betung


Merupakan
kerajinan ukir kayu yang terdapat di Desa Betung. Kabupaten Batanghari. Para
pengrajin memanfaatkan produk kayu hutan yang banyak terdapat di Jambi. Jenis
kayu yang banyak dipakai sebagai bahan baku adalah rengas, meranti dan
jelutung. Sebagian besar produknya untuk perabot rumah tangga seperti meja,
kursi dan tempat tidur.


D.   
Kesenian
masyarakat melayu jambi


1.        
 seni tari


Seni
tari daerah Jambi cukup banyak ragam serta coraknya, dimana pada tiap-tiap
daerah mempunyai ciri sesuai dengan keadaan daerah serta suku dalam kelompok
masyarakat adat yang bersangkutan. Dari sekian banyak corak dan ragamnya seni
tari daerah Jambi, namun sudah banyak pula yang hampir tidak dikenal bahkan dilupakan
oleh lingkungan masyarakat yang bersangkutan. Beberapa seni tari yang dikenal
di Provinsi Jambi, yaitu:


1.      Tari
Sekapur Sirih


2.      Tari
Piring Jambi


3.      Tari
Baselan


4.       Tari
Inai


5.      Tari
rentak kudo dll.


2.     
Seni musik dan teater 


§  kelintang
kayu


merupakan
alat musik pukul khas Provinsi Jambi yang terbuat dari kayu. Dalam memainkannya
beriringan dengan alat musik talempong, gendang dan akordion. Pada zaman
jayanya alat musik ini dimainkan untuk kalangan bangsawan. Dalam pertunjukannya
didendangkan syair lagu-lagu betuah dan tarian khas Jambi.


§  Hadrah


Merupakan
jenis kesenian jambi yang bernuansa islami, kesenian ini mengunakan terbang
atau rebana sebagai alat musiknya. Alat-alat tersebut ditabuh dan disertai
nyanyian dalam bahasa Arab, hadrah sering digunakan untuk mengiringi pengantin
pria, menyambut tamu dan acara-acara agama islam.


§  Dul
muluk


Merupakan
seni teater yang berkembang di kota Jambi dan Batanghari. Kesenian ini sudah
jarang ditampilkan. Sumber cerita berasal dari sahibul hikayat, satu kekhasan
dari pertunjukan ini adalah pada bagian tengah pangung ditempatkan satu meja.


Para
pelakon beradegan setelah pelakon berdialog atau bernyanyi, mereka memukul meja
dengan mengunakan sebatang tongkat seiring irama musik. Pada bagian tertentu
ada tarian yang mengikutsertakan penonton sehinga membuat suasana semakin
meriah.


§  Krinok


Adalah
pepatah petitih yang isinya berupa pantun nasehat,agama, kasih sayang
kepahlawanan dan lain-lain. Dibawakan oleh seseorang dengan cara bersenandung,
sedangkan musiknya pada awalnya hanya mengunakan vocal yang dilakukan oleh si
pengkrinok (orang yang bersenandung). Oleh masyarakat petani ladang/petani
sawah yang umumnya berdomisili di daerah dataran rendah,kesenian rakyat (musik
krinok) ini biasanya dilakukan setelah mereka usai menjalankan aktivitas
pertaniannya. Dimaksudkan untuk mengatasi kejenuhan, pelepas lelah atau sebagai
pelipur lara. Disamping itu sering juga dilaksanakan pada saat menunggu hasil
panen, sambil menjaga tanaman mereka dari serangan burung, tikus, babi, dan
lain-lain. Bila sudah tiba saatnya panen biasanya pada malam harinya mereka
mengadakan pertemuan di suatu tempat yang telah ditentukan untuk melangsungkan
acara krinok-an. Acara ini akan dihadiri oleh ibu-ibu dengan membawa anak
gadisnya, juga dihadiri oleh sejumlah anak-anak bujang, selama acara
berlangsung, bujang/gadis saling melempar pantun. Pantun-pantun tersebut
diungkapkan secara bersenandung yang disebut krinok. Tradisi semacam ini sampai
sekarang masih dilakukan oleh masyakat setempat, seperti yang penuh diamati di
Dusun Rantau Pandan yang jaraknya lebih kurang 40 km dari pusat kota Muoro
Bungo.


3.     
Seni Sastra


Salah satu seni sastra yang berkembang
di Jambi yaitu sastra Lisan Kerinci. Seni ini berkembang dalam budaya
masyarakat kerinci. Bentuk-bentuknya antara lain puisi, pantun, prosa, prossa
liris dan kunaung-kunaung adalah merupakan perpaduan cerita lagu dan ekspresi
penceritanya. Pada umumnya cerita berisi nasihat, pendidikan moral, petuah,
kisah-kisah rakyat dan pelipur lara.


4. Kesenian Dadung


Salah satu jenis
kesenian masyarakat Melayu Jambi adalah kesenian dadung. Kesenian Dadung
berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan, berasal dari desa Lubuk Ruso,
Marga Pemayung Ilir, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari Provinsi
Jambi. Secara harfiah, dadung diartikan berbalas pantun. Dadung sudah ada sejak
kira-kira 300 tahun yang lalu, pada masa kerajaan Danau Bangko, anak sungai
Batanghari di Lubuk Ruso. Pada zaman tersebut putri Raja Danau Bangko
ditunangkan dengan seorang anak Raja di Hilir Jambi. Selesai akad nikah, kedua
mempelai masih amat canggung karena belum saling mengenal, sehingga tidak betah
duduk bersanding di pelaminan. Para orang tua mereka melihat keadaan tersebut
merasa malu, namun tidak dapat berbuat apa-apa. Akhirnya saat perasaan tidak
menentu, sang Putri menuangkan isi hatinya dalam suatu pantun dengan cara
berdadung. Mempelai putra ternyata tidak tinggal diam dan membalas pantun sang
putri dengan cara yang sama. Pada akhirnya terjadilah satu dialog dengan cara
berbalas pantun.


Namun berdasarkan
penuturan para orang tua dari Desa Lubuk Ruso, bahwa dadung adalah nama
seseorang rakyat biasa yang jatuh hati dengan seorang Putri Raja, dan
berkeinginan menjadi pendampingnya. Oleh karena Dadung dari kalangan rakyat
biasa, maka si putri tidak mau menerima keinginan Dadung. Dengan rasa kecewa
mendalam, Dadung melantunkan isi hatinya melalui alunan syair-syair yang sangat
menyentuh. Dari alunan syair-syair yang didendangkan terus oleh Dadung.
Akhirnya si Putri tersentuh dan luluh hatinya. Singkat cerita kemudian si Putri
menerima pinangan dari dadung.


Dewasa ini, kemampuan
berdadung ternyata masih tetap dipertahankan oleh masyarakat daerah marga
Pemayung Ilir, mulai dari kepala desa, pemangku adat, penghulu, pedagang, petani,
guru dsb, mendukung seni dadung. Dadung ini berkembang sebagai sebuah kesenian
yang digemari masyarakat jambi sepanjang sungai Batanghari. Di dusun Karameo
seni Dadung ini disebut senjang, di daerah Tanjung Kecamatan Kumpeh disebut
Senandung Jolo yang menggunakan iringan gendang dan kelintang kayu. Sedangkan
yang memakai kromong terdapat di Mandiangin Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun
(atau Kabupaten Bangko). Bahkan jenis kesenian Dadung ini terdapat di propinsi
Kalimantan Selatan yang disebut dengan mahidin. Dadung biasanya dipakai untuk
pelengkap acara perkawinan dan juga bersantai serta pertunjukkan.


Inti dari dadung adalah
pantun yakni berupa syair, yang mempunyai satu tema tunggal dan satu tema
pokok. Pada saat ini musik yang ditampilkan sudah merupakan modifikasi. Hal ini
dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dalam mengapresiasikan kepada penonton.
Hal ini dipandang perlu karena nada-nada yang terdapat di pantun dengan pantun
lainnya tidak ada perbedaan. Syair yang dinyanyikan tersebut hanya terdiri dari
8 birama dan dapat berdiri sendiri. Artinya telah mengandung unsur kalimat
tanya (antecedent) dan kalimat jawaban. Syair pantun yang terdapat pada dadung
mempunyai nada-nada jika dituliskan seperti tertera di bagian lampiran buku
ini.


Kesenian dadung ini
diawali dengan instrumen biola dengan nada panjang, kemudian dijawab dengan
instrumen suling. Kedua jenis instrumen ini dimainkan dalam birama bebas atau
biasa disebut rubato. Keduanya saling bergantian sahut menyahut dengan
improvisasi berdasarkan interpretasi terhadap tema pokok yang terdapat pada
musik dadung. Pada bagian lain, gendang panjang dan gendang Melayu memberikan
kode tiga pukulan yang menandakan akan masuk pada hitungan birama. Setelah
kelintang kayu memainkan nadanya barulah vokal terdengar yang diikuti oleh
biola. Melodi lebih didominasi oleh biola dengan nada-nada yang panjang. Vokal
masuk pada hitungan pertama kemudian pada hitungan kedua biola mengikuti irama
vokal. Alat-alat musik yang digunakan dalam msuik dadung ini adlah: biola,
suling, kelintang kayu, gendang panjang, gendang melayu, gong dan beduk.
Sedangkan syair pantunnya sebagi berikut:


Kainlah putih panjang
semilan


Dibuat budak pungikat
tanggo


Biaklah putih lalang
digenggam


Namunlah idak berubah
kato


Pulaulah pandan jauh di
tengah


Dibalik pulau angsolah
duo


Ancurlah badan
dikandung tanah


Budilah baik dikenang
jugo.


Kesenian setiap
kelompok budaya tidak terlepas dari latarbelakang sejarah budaya masyarakat
setempat. Seperti kesenian dadung pada masyarakat Melayu di kabupaten
Batanghari sangat dipengaruhi budaya animisme dan dinamisme pada masa dahulu
dan budaya Islam sekarang ini. Agama atau kepercayaan memegang peranan penting
dalam perkembangan kesenian daerah (kebudayaan). Begitu kuatnya peranan agama
dalam memperkuat unsur-unsur budaya masyarakat dapat kita simak pernyataan
Christofer Dowson, beliau mengatakan: “agama adalah kunci sejarah, kita tidak
dapat memahami bentuk dalam diri suatu masyarakat, jika kita tidak dapat
memahami agamanya, kita tidak dapat memahami hasil kebudayaan jikat kita tidak
memahami kepercayaan agama yang ada di sekitar kita. Dalam semua zaman hasil
karya kreatif bersama dan suatu kebudayaan muncul dari inspirasi agama dan
diabadikan pada tujuan agama”. Pernyataan Christofer Dowson tersebut di atas
tidak dapat disangkal. Hal ini sesuai dengan perkembangan kesenian di daerah
Jambi yang tidak terlepas dari peranan agama atau kepercayaan yang berkembang
di daerah tersebut. Seperti telah diuraikan di atas bahwa masyarakat Jambi dan
kebudayaannya dipengaruhi oleh 4 masa yakni: animisme dan dinamisme, Hindu,
Budha, dan terakhir Islam. Pada setiap masa (fase) itu kesenian Jambi
berkembang sesuai dengan agama atau kepercayaan yang berkembang pada masa itu.


Pada masa
sekarang, kesenian yang berkembang adalah kesenian bernuansa Islami. Namun
demikian unsur-unsur kesenian yang berkembang sebelumnya yakni opada masa
animisme dan dinamisme, Hindu, Budha, masih juga mewarnai kesenian secara
keseluruhan. Kesenian lama ini (kesenian primitif) pada umumnya berkembang pada
kelompok masyarakat pedalaman seperti orang Kubu (Suku Anak Dalam), Kerinci,
dan juga di beberapa desa yang terpencil. Pada masyarakat pedalaman di Jambi,
kesenian yang masih dipengaruhi oleh kepercayaan lama ini (non Islam) tidak
menjadi permasalahan bagi kalangan ulama Islam, karena mereka belum menganut
agama Islam. Sedangkan bagi kelompok masyarakat yang sudah beragam Islam namun
kesenian yang ditampilkan masih bernuansa animisme dan dinamisme dengan
menggelar upacar tradisional dan berkesenian masih dengan pola lama yang
bertentangan dengan ajaran Islam, mendapatkan protes yang keras terutama dari
pala ulama Islam. Namun karena unsur kesenian yang masih bernuansa kepercayaan
lama itu sudah berkembang lama dan sudah menyatu roh dan jiwa masyarakat Melayu
Jambi ini, para ulama Islam sendiri tidak mampu untuk mencegahnya. Masyarakat
pendukungnya sendiripun tidak mempersoalkan masalah tersebut, sehingga sampai
sekarang masih berkembang.


Di samping masih
berkembangnya kesenian yang bernuansa kepercayaan lama itu, pada masa sekarang
kesenian Melayu Jambi sudah mengalami modifikasi dari kalangan generasi muda.
Dari uraian di atas maka kesenian Melayu jambi ini dapat disimpulkan sebagai
berikut: dengan terciptanya seni tari dengan koreografer modern yang
mencampurkan unsur kesenian lama dengan unsur kesenian baru. Sehingga seni tari
Jambi semakin lebih diminati oleh masyarakat terutama para.


E.                
Islamisasi di Jambi


Daerah aliran Sungai
Batang Hari merupakan jalur transportasi pertama yang dikenal oleh para
pedagang asing di Kota Jambi. Sejak abad ke-7 M, daerah aliran Sungai Batang
Hari Jambi dilewati oleh pedagang dari Tiongkok menuju India dan Arab atau
sebaliknya. Kota Jambi menjadi daerah penting sebelum munculnya kota pelabuhan
Malaka sekitar abad ke-15 M.Semakin terkenalnya Malaka sebagai pelabuhan dagang
mengakibatkan berkurangnya para pedagang asing yang lewat dipantai timur
Sumatera. Jalur perdagangan beralih ke pantai barat semenanjung, hal ini
mengakibatkan Malaka menjadi kota pelabuhan terpenting di Nusantara bahkan Asia
Tenggara. Beralihnya jalur perdagangan ke Malaka tidak seutuhnya menghilangkan
eksistensi Jambi sebagai kota pelabuhan dagang. Kekayaan hasil alam berupa
lada, pinang dan lain-lainnya tetap menjadi komoditi utama di Jambi, sehingga
masyarakat jambipun mengambil andil dalam perniagaan dunia pada abad ke-15.


Bukti sejarah untuk
melihat adanya interaksi pedagang asing dengan masyarakat lokal Jambi adalah
ditemukannya pecahan kaca berwarna gelap dan hijau muda di Muara Sabak
(Tanjung Jabung Timur), selain itu juga ditemukan pecahan kaca berwarna biru
tua dan biru muda, hijau, kuning dan merah di Muara Jambi, serta ditemukan juga
sejumlah permata di Muara Jambi, yang semuanya itu diperkirakan berasal dari
Arab dan Persia (Iran) sekitar abad ke-9 hingga abad ke-13 M. Bukti arkeologi
ini juga diperkuat oleh berita Cina dalam kitab Pei-Hu-Lu tahun 875 M,
menyebutkan nama Chan-Pei yang didatangi oleh para pedagang Po’sse (orang-orang
Persia) untuk mengumpulkan barang dagangan berupa buah pinang (areca
nuts).Berdasarkan bukti sejarah tersebut mengindikasikan bahwa sejak abad ke-9
M telah ada kontak masyarakat Jambi dengan pedagang Islam dari Arab dan Persia.
Namun perlu dijelaskan bahwa, jika proses islamisasi pada abad ke-9 M telah ada
di Jambi, kemungkinan hanya sebatas perorangan. Sebab, proses islamisasi
besar-besaran di Jambi bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya kerajaan Islam
Jambi sekitar abad ke-15 M.Elsbet Locher seorang peneliti dari Belanda
mengatakan, islamisasi Jambi dilakukan oleh orang berkebangsaan Turki pada abad
ke-15 M.


Bukti sejarah yang
dikemukakan oleh Elsbet hanya berupa folklore atau cerita rakyat yang
berkembang hingga saat ini. Minimnya sumber sejarah berupa benda-benda
peninggalan sejarah Islam Jambi abad ke-15 membuat Elsbeth tidak menulis banyak
mengenai kerajaan Islam Jambi pada masa awal. Namun tidak bisa hanya dikatakan
sebuah folklore atau cerita rakyat ketika mengkaji sejarah Islam di Jambi.
Bukti yang dianggap paling otentik mengenai adanya orang Turki yang melakukan
islamisasi di Jambi adalah ditemukannya makam Ahmad Barus atau yang lebih
dikenal dengan Datuk Paduko Berhalo di Pulau Berhala yang sekarang menjadi
wilayah hukum Propinsi Kepulauan Riau.Ahmad Barus menurut sejarah lokal
masyarakat Jambi merupakan keturunan yang ketujuh dari Saidina Zainal Abidin
bin Saidina Husein putra Saidatina Fatimah binti Muhammad SAW. Ahmad Barus
mendapat gelar Datuk Paduko Berhalo karena beliau memusnahkan berhala-berhala
yang dipuja masyarakat Jambi yang ditempatkan di Pulau Berhala. Ada pendapat
lain mengenai nama dari Ahmad Barus, menurut M. O. Bafadhal dalam makalahnya
sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jambi, setelah Ahmad Barus menikah
dengan Putri Selaras Pinang Masak (penguasa Jambi sebelumnya), namanya diganti
dengan Ahmad Salim.Pernikahan antara Ahmad Barus dengan Putri Selaras Pinang
Masak dianugerahi tiga orang putera dan satu orang puteri. Puterinya bernama
Orang Kayo Gemuk, dan ketiga puteranya masing-masing menjadi raja di Negeri
Jambi, yaitu; Orang Kayo Pingai (1480-1490); Orang Kayo Pedataran (1490-1500);
dan Orang Kayo Hitam (1500-1515).


Islamisasi di Negeri
Melayu Jambi semakin berkembang ketika kerajaan dipegang oleh Orang Kayo Hitam
sejak tahun 1500 M. Ketekunan Orang Kayo Hitam dalam melakukan islamisasi
diperlihatkan dengan diberlakukannya undang-undang pemerintahan Pucuk Undang
Nan Delapan, hukum ini berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits. Selain itu, agama
Islam telah menjadi identitas adat masyarakat melayu Jambi. Seperti yang
tertulis dalam pepatah adat melayu Jambi; “adat bersendi syarak, syarak bersendikan
kitabullah”. Dalam seloko adat melayu Jambi juga disebut “syarak mengato, adat
memakai”. Demikianlah peran Orang Kayo Hitam dalam islamisasi di Negeri Melayu
Jambi, nama besar beliau bahkan terkenal hingga pulau Jawa. Setelah berakhir pemerintahan
Orang Kayo Hitam pada tahun 1515 M, kekuasaan negeri melayu Jambi diteruskan
oleh keturunannya. Secara periodik, keturunan Orang Kayo Hitam yang menguasai
negeri melayu Jambi meliputi; Panembahan Rantau Kapas (1515-1540); Panembahan
Rengas Pandak (1540-1565); Panembahan Bawah Sawo (1565-1590); dan Panembahan
Kota Baru (1590-1615). Setelah Belanda datang ke wilayah Jambi pada tahun 1615,
pemerintahan kerajaan Jambi mengalami pergeseranpergeseran. Kekuasaan negeri
melayu Jambi dipegang oleh Raja yang bergelar Sultan. Sultan yang memegang
kekuasaan Jambi adalah; Sultan Abdul Kahar (1615-1643); Sultan Agung Abdul
Jalil (1643-1665); Sultan Abdul Muhyi gelar Sultan Sri Ingologo (1665-1690);
sejak tahun 1690 kesultanan Jambi pecah menjadi dua bagian karena campur tangan
Belanda. Sultan Raja Kiai Gedeh (1690-1696) yang di angkat oleh Belanda; Sultan
Sri Maharaja Batu (1690-1721) yang melawan penjajah Belanda; Sultan Muhammad
Syah (1696-1740) yang di angkat oleh Belanda; Sultan Istera Ingologo
(1740-1770) bersatunya kesultanan negeri melayu Jambi; Sultan Ahmad Zainuddin
(1770-1790); Sultan Mas’ud Badaruddin (1790-1812); Sultan Muhammad Mahiddin
(1812-1833); Sultan Muhammad Fachruddin (1833-1841); Sultan Abdurrahman
Nazaruddin (1841-1855); dan Sultan Thaha Saifuddin (1855-1904).


Setelah Sultan Thaha
Saifuddin wafat, maka terhapuslah kesultanan negeri melayu Jambi. Daerah Jambi
secara berturutturut menjadi onder afdeling, dari afdeling Palembang kemudian
menjadi keresidenan Jambi pada tahun 1906. Selanjutnya pada tahun 1957
keresidenan Jambi ditetapkan sebagai Provinsi Jambi. Dengan demikian, agama
Islam membawa perubahan disetiap periode sejarah negeri melayu Jambi hingga
terbentuknya Provinsi Jambi.


BAB III : PENUTUP


A.    Kesimpulan


Jambi adalah salah satu
suku di Indonesia yang terletak di kepulauan Sumatra. Provinsi Jambi yang
memiliki penghuni berlatar Melayu. Memilki kebudayaan yang sangat khas.
Merupakan pengaruhnya adalah latar belakang sejarah jambi itu sendiri. Ada
berbagai unsur kebudayaan yang dirasa perlu untuk dilestarikan. Sebagai bentuk
kesadaran akan kebudayaan yang ada pada tanah air kita, agar dapat bersaing
dengan kebudayaan luar.


Kebudayaan melayu jambi
berisikan perpaduan antara unsur budaya melayu jambi antara lain animisme dan
dinamisme, melayu buddhis dan unsur budaya melayu Islam. Namun tidak
menghilangkan ciri-ciri asli.


 


B.    
SARAN


Adapun
saran yang dapat pemakalah berikan adalah kita sebagai masyarakat Jambi harus
memikirkan bagaimana cara untuk melestarikan atau memperkenalkan budaya Jambi
itu sendiri. Kalau bukan kita yang memikirkannya, siapa lagi!


DAFTAR PUSTAKA


http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
(Kiki Firmansyah)


http://wennyastaria.blogspot.com
(Kiki Firmansyah)


http://kitabersamauntukmaju.blogspot.co.id
(Kiki Firmansyah)


Depdikbud
1977/1978, Loeb 1972 ( Ismatul Maula)


http://suku-dunia.blogspot.com
( Ismatul Maula)


http://guspalena.blogspot.com
(Jaka Insan Ilmiah)


http://infobimo.blogspot.co.id
( Jaka Insan Ilmiah)


https://oediku.wordpress.com
( Indah Dwi Lestari )


http://kerincitime.co.id
(Indah Dwi Lestari)


http://definisimu.blogspot.com
( Keke Alnindri Agustina )


http://makalahanghia.blogspot.co.id
( Keke Alnindri Agustina )


http://jambistudies.blogspot.com/


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 






Comments

Popular posts from this blog

Cerita bahasa arab "Angan-angan"

Cara Cepat Mengerjakan Pengukuran Satuan Panjang Dan Berat